Sunday, April 9, 2017

Metode sensus satwa secara langsung


Nama              : Imam Nur Muchlas
NPM               : 1414151044
Jurusan          : Kehutanan Universitas Lampung
Mata Kuliah  : Inventararisasi Flora Dan Fauna


1.      Metode pengamat diam

Pengamat diam (silent detection) adalah menghitung satwa ketika satwa tidak dalam keadaan terganggu dan metode pengamatan dimana pengamat mendekati satwa setenang mungkin (as silent as possible) (Mustari 2007).

Pencatatan ini dilakukan dengan meng hitung waktu perjumpaan dan jumlah pengunjung berdasarkan jenis kelamin dan struktur umur pada titik pengamatan yang telah ditentukan. Pengamatan dilakukan di titik pengamatan pada jarak tertentu agar dapat melihat dan menghitung pengunjung dengan tepat. Pengamat diam menghitung perjumpaan setiap menit ke-15.

Metode pengamat diam dilakukan di Tugu Rafflesia, museum zoologi, taman mexico, taman teratai, pohon jadoh, jembatan gantung, cafe dedaunan, taman anggrek, masjid, jalan astrid, dan taman garuda. Waktu penngamatan pada tanggal 21 September 2014 mulai pukul 08.00-17.00 WIB.

Jumlah pengunjung yang dihitung dengan metode pengamat diam diperoleh data sebesar 1349 individu dengan lokasi terkonsentrasi pengunjung  pada jalur tugu Rafflesia.
Pada metode pengamat diam struktur umur yang paling banyak teramati yaitu kelas umur III ( remaja ) dengan jumlah populasi sebanyak 4146 individu.

Sumber : Wahyudi, I, dkk. 2014. Metode inventarisasi satwa liar (pengamat diam, pengamat bergerak dan penentuan waktu optimum) di kebun raya bogor.Departeman Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

2.      Metode pengamat bergerak

Pengamat bergerak adalah metode yang dilakukan dengan cara pengamat melakukan penghitungan sambil bergerak dimana pengamat bebas bergerak selama masih berada di dalam luasan areal yang ditentukan.

Pengamatan dilakukan dengan cara berjalan sepanjang jalur pada lokasi yang telah ditentukan. Pengamat mampu menghitung dan membedakan pengunjung berdasarkan jenis kelamin dan struktur umurnya. Pencatatan dilakukan pada selang waktu 15 menit.
Metode yang digunakan adalah metode pengamat bergerak. Lokasi pengamatan dilakukan di beberapa plot pengamatan yang dianggap sebagai tempat terkonsentrasinya pengunjung di Kebun Raya Bogor.

Penghitungan waktu optimum dilakukan di tiga pintu masuk, yaitu pintu masuk 1 (pintu masuk utama), pintu masuk 2 (kantor POS), dan pintu masuk 3 (Baranangsiang).Waktu penngamatan pada tanggal 21 September 2014 mulai pukul 08.00-17.00 WIB.Jumlah untuk pengamat bergerak diperoleh data pengunjung sebanyak 3075  individu.Begitu pula dengan metode pengamat bergerak, struktur umur yang teramati yaitu pada kelas umur III ( remaja ) dengan jumlah populasi sebanyak 11.589 individu.

Sumber : Wahyudi, I, dkk. 2014. Metode inventarisasi satwa liar (pengamat diam, pengamat bergerak dan penentuan waktu optimum) di kebun raya bogor.Departeman Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

3.      Metode point count dan jalur transect

Metode line transects dan point count.Line transects adalah metode yang umumnya digunakan untuk sensus primata, burungdan herbivora besar. Garis transek merupakan suatu petak contoh, dimana seorangpengamat/pencatat berjalan sepanjang garis transek dan mencatat setiap jenis satwaliar yang dilihat; baik jumlah maupun jaraknya dari pencatat. Metode transek ini dapatdipergunakan untuk mencatat data dari beberapa jenis satwa secara bersamaan

Point count adalah metode sensus satwa dengan konsep dan teori yang sama dengan line transects, namun petak contoh yang dipergunakan berbentuk lingkaran dengan radius tertentu dan tidak tergantung pada kecepatan.

Keuntungan dari metode ini adalah lebih efisien, dimana peneliti dapat meletakkan beberapa titik pengamatan yang terdistribusi secara random di lokasi pengamatan. Metode point count ini digunakan dengan cara mengamati keberadaan satwa secara langsung dan dengan mendengarkan suaranya, di dalam lingkaran dengan radius yang telah ditetapkan. Jarak antar titik tidak boleh kurang dari 200 m di seluruh lokasi penelitian, jika titik terlalu dekat akan ada invidu yang terhitung lebih pada beberapa titik. Periode waktu yang dipergunakan adalah 10 menit untuk tiap titik, dengan menunggu 2 menit saat kedatang pada titik pengamatan. Setiap titik yang dibuat dilakukan pencatatan koordinat dengan menggunakan Global Positioning System (GPS).

Kegiatan survey kepadatan populasi satwa liar di area Plawangan Turgo pada titik antara Tlogo Putri hingga Tlogo Nirmolo dilaksanakan dengan metode transek garis dan point count. Pada pelaksanaan transek garis, jalur yang digunakan mengikuti trek jalan setapak yang telah ada dengan estimasi lebar ke kanan dan ke kiri masing-masing 25 meter. Pelaksanaan sensus dengan line transects dimulai dengan titik 0 berada pada ketinggian 716 m dpl, yang merupakan awal pengamatan terhadap burung dan satwa liar lainnya yang ditemui di sepanjang jalur transek. Pencatatan pada tally sheet yang dilakukan meliputi jumlah dan jenis satwa liar, jaraknya dari pengamat serta jarak setiap titik pengamatan dari titik awalnya (titik 0).Sensus satwa liar menggunakan metode point count dilaksanakan pada empat titik pengamatan (point count), dengan radius 25 meter dan jarak antar point count adalah 200 meter. Seperti halnya pelaksaan sensus dengan transek garis, maka pengamatan dan pencatatan dilaksanakan pada satwa liar yang dijumpai di area sejauh radius 25 meter dari lingkaran yang telah ditentukan.

Pada pengamatan yang dilakukan di kawasan Tlogo Putri-Tlogo Nirmolo, Kaliurang, tentang populasi satwa burung mendapatkan hasil identifikasi 22 jenis burung (dengan metode line transek) dengan jumlah masing-masing populasi berbeda-beda. Pada line transek ditemukan populasi yang paling dominan adalah jenis Pleci (Yosterop) dengan jumlah 24 ekor. Jenis kedua yang dominan adalah Prenjak coklat sebanyak 11 ekor. Sedangkan jenis Gagak, Jalak ucet, Prenjak belalang, Sriti, Walet palem asia, dan Wiwikklabu masing-masing ditemukan sebanyak 1 ekor. Setiap titik pengamatan dilakukan pemberhentian beberapa saat untuk memastikan jenis burung yang lewat. Beberapa burung sempat terlihat tanpa alat bantu (binoluker) tetapi sebagian besar hanya terdengar suaranya untuk menentukan jenis burung.

Untuk metode point count, jarak yang digunakan berkisar antara 150-500 m dengan radius 25-30 m. Untuk jarak 150 m biasanya digunakan di hutan alam yang masih utuh sehingga kerapatannya sangat tinggi, sedangkan jarak 500 m biasanya digunakan untuk kawasan yang telah terbuka. Pada pengamatan kali ini jarak yang digunakan untuk pengamatan sepanjang 200 m dengan radius 25 m. Hal ini karena kawasan yang diambil sebagai sample adalah kawasan lindung yang masih utuh dan pembukaan lahan yang tidakterlalu lebar. Pada masing-masing titik pengamatan dilakukan pemberhentian selama 10 menit untuk melihat atau mendengarkan burung-burung yang lewat. Point count ini memiliki kelebihan jika digunakan pada topografi yang sulit. Pada pengamatan kali ini mendapatkan 4 titik dengan menggunakan jalan setapak dari Tlogo Putri ke Tlogo Nirmolo. Didapatkan hasil 15,24 satwa/ha yang berada di kawasan tersebut. Jumlah ini relatif banyakdibandingkan dengan pengamatan line transek, hal ini dikarenakan pada setiap pengamatan pada point count selalu didapatkan satwa yang lebih banyak.

Sumber : Napitu, P, dkk. 2007. Konservasi satwa liar (line transec dan point transect). Laporan lapangan. Program Pasca Sarjana Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.





4.      Metode Driving Count

Syarat-syarat pra melakukannya antara lain :
a)    Areal yang digunakan biasanya areal hutan yang luas seperti savanna
b)   Penyensus harus memahami medan penghalau
c)    Memperhatikan kondisi iklim
d)   Penyensus jangan menggunakan pakaian yang mencolok
e)    Dilakukan saat aktifnya satwa, cuaca tidak hujan, dll.

Teknis pelaksanaan :
a)      Menentukan arah penghalau di dalam peta
b)      Membagi regu sensus dalam dua bagian yaitu penghalau dan pencatat
c)      Penghalau selama bergerak berusaha untuk membuat gaduh sehingga satwa yang tersembunyi ikut keluar, sedangkan pencatat harus diam dan agak tersembunyi
d)     Menentukan jalur pengalau dan jarak antara penghalau adalah sekitar 50 m, pengamat berada pada batas akhir penghalau
e)      Penghalau dilakukan dengan simultan dengan arah yang tetap dan jarak antar penghalau juga tetap
f)       Penghalau bergerak serempak sehingga diusahakan membentuk garis lurus
g)      Setiap satwa yang keluar dari areal sensus dicatat oleh pencatat maupun oleh penghalau
h)      Masing-masing pencatat hanya mencatat satu jalur di bagian kanan atau kiri
i)        Satwa yang lari masuk ke dalam areal sensus dihitung dan nantinya akan menjadi pengurang dalam jumlah akhir
j)        Setelah mencapai jarak yang ditentukan maka penghalau dihentikan.

Analisa data :
a)      Satwa yang keluar berbalik melewati garis penghalau dicatat oleh penghalau
b)      Satwa yang meninggalkan areal sensus di depan penghalau maka harus dicatat oleh pencatat
c)      Satwa yang masuk ke dalam areal sensus pada saat sensus dilaksanakan maka dicatat oleh pencatat dengan tanda minus
d)     Jumlah satwa yang keluar dan dicatat baik oleh penghalau maupun oleh pengamat dijumlah dengan satwa yang masuk dalam arean sensus. Hasil tersebut menunjukan jumlah satwa yang terdapat dalam areal sensus.
5.      Metode Penjagalan

Metode penjagalan satwa adalah metode yang digunakan sebagai salah satu cara untuk melakukan sensus dan penghitungan satwa. Metode ini adalah dengan memburu dan menangkap seluruh hewan yang ada di wiayah tersebut kemudian dari keseluruhan hewan tersebut di bunuh untuk di inven atau di sensus. Metode ini jarang digunakan karena tidak sesuai dengan konsep konserasi, terlebih bagi satwa yang terancam punah dan jumlahnya sedikit.

No comments:

Post a Comment

Gambaran Umum Perum Perhutani dan KPH Pekalongan Barat

 1. Gambaran Umum Perum Perhutani Perum Perhutani adalah Perusahaan Umum Kehutanan Negara yang merupakan Perusahaan Kehutanan Badan ...