Thursday, November 12, 2015

PENGUKURAN DIAMETER DAN TINGGI POHON


PENGUKURAN DIAMETER DAN TINGGI POHON
(Laporan Praktikum Biometrika hutan)



Oleh

Imam Nur Muchlas
1414151044







FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2015

I. PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Dalam bidang kehutanan dan pengelolaan kayu pengukuran tinggi dan diameter kayu merupakan hal yang sangat perlu dilakukan, karena kita dapat mengetahui atau menduga potensi suatu tegakan ataupun suatu komunitas pohon tertentu. Dalam memperoleh data pengukuran, jenis dan cara penggunaan alat merupakan faktor penentu utama yang mempengaruhi keakuratan data-data yang diperoleh. Semakin bagus alat yang dipergunakan maka kemungkinan semakin baik pula hasil pengukuran yang akan kita didapatkan. Begitu pula dengan kemampuan para pengamat dalam mengukur, semakin baik dalam penggunaan suatu alat maka semakin baik juga data yang diperoleh.

Pendugaan suatu komunitas pohon dilakukan dengan melakukan pengukuran pada tinggi pohon dan diameternya dari komunitas pohon yang akan diukur tersebut. Tinggi pohon dan diameter merupakan dimensi pohon yang sangat penting dalam pendugaan potensi pohon dan tegakan. Data tinggi dan diameter bukan hanya diperlukan untuk menghitung nilai luas bidang dasar suatu tegakan melainkan juga dapat digunakan untuk menentukan volume pohon dan tegakan, berguna dalam pengaturan penebangan, perkiraan hasil pengolahan kayu dan dapat digunakan untuk mengetahui struktur suatu tegakan hutan.

Pengukuran tinggi dan diameter pohon dengan menggunakan beberapa alat yang berbeda akan menghasilkan data yang berbeda juga. Dengan demikian, perbedaan relatif dari keakuratan data yang diperoleh diantara alat yang berbeda akan terlihat. Sehingga dapat diketahui pula kelebihan dan kekurangan alat tertentu, dengan mengetahui kekurangan dan kelebihan suatu alat yang akan kita gunakan, maka akan memungkinkan kita untuk mengurangi kemungkinan kesalahan saat pengukuran.

B. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum pengukuran tinggi dan diameter pohon antara lain yaitu:
1.      Untuk mengetahui diameter macam-macam pohon yang berada di arboretum tekhnik universitas lampung.
2.      Untuk mengetahui perbandingan diameter pohon yang diamati.
3.      Mengetahui persentase rata-rata diameter pohon di arboretum tekhnik.
4.      Mengetahui kendala-kendala dalam praktikum

II. TINJAUAN PUSTAKA

Dalam pengukuran dimensi pohon, volume pohon sangat penting dan diperlukan dalam kegiatan inventarisasi hutan. Volume pohon juga dapat menduga tegakan dengan menggunakan tabel tegakan maupun ditentukan dengan beberapa penduga-penduga volume dengan inventore hutan, keuntungannya jelas memungkinkan dari pengukuran terperinci pada sejumlah terbatas dari pohon yang secara bijaksana dipilih dalam areal hutan, penaksiran volume pohon yang objektif terdiri dari jumlah pohon yang lebih banyak. Penaksiran volume pohon yang masih berdiri dapat dipisahkan menjadi 4 cara yaitu :
1.      Penaksiran secara okuler
2.      Penaksiran volume dengan persamaan dan tabel volume
3.      Penaksiran volume dengan mengukur diameter batang pada berbagai ketinggian
4.      Penaksiran volume dengan model pohon
Dalam penaksiran volume pohon yang masih berdiri ,seluruhnya hanya dapat dilakukan dengan pengukuran-pengukuran secara tidak langsung (Loetsch dan Haller, 1964).

Pertumbuhan merupakan pertambahan dimensi dari satu atau lebih individu dalam suatu tegakan hutan pada periode waktu tertentu. (Husch et al.1972); (Vanclay 1994).
Setiap pohon mengalami dua bentuk pertumbuhan yang berbeda, yaitu pertumbuhan vertikal atau tinggi dan pertumbuhan horizontal atau diameter. Pertumbuhan tinggi dan diameter menyebabkan terjadinya perubahan ukuran dan bentuk pohon yang pada gilirannya sangat menentukan dalam pendugaan volume pohon maupun tegakan. Pengembangan metode pendugaan potensi hutan, termasuk di dalamnya pendugaan model hubungan antara karakteristik individual pohon seperti tinggi dan diameter telah banyak dilakukan. Berbagai fungsi yang menyatakan hubungan tinggi dan diameter telah banyak dipelajari dan diteliti. (Husch et al.1972); (Huang et al. 2000);( Newton dan Amponsah 2007); Adame, et al. (2008).

Penentuan volume cara tidak langsung, dilakukan dengan metode grafis atau dengan menggunakan persamaan volume.Penentuan volume metode grafis pada dasarnya adalah dengan cara memplotkan pasangan data diameter atau lbds dan tinggi atau panjang masing-masing pada sumbu absis dan sumbu ordinat dari diagram cartesius, sehingga dapat dibuat garis yang menghubungkan titik-titik koordinat yang berurutan membentuk sebuah kurva yang menggambarkan pola bentuk batang. Kemudian dihitung luas daerah dibawah kurva di atas sumbu absis. Volume batang adalah luas daerah dikalikan dengan sebuah konstanta yang besarnya tergantung faktor skala dan pengaruh satuan absis maupun ordinat (Simon, H. 1987).

Bentuk penampang lintang bagian pangkal pohon yang cenderng eksentik itu maka dalam pengukuran diameter diambil pada setinggi dada, tidak lebih rendah dari itu. Seperti diketahui, volume batas pohon beda dengan volume slindris oleh karena adanya faktor bentuk pohon. Bentuk pohon dapat ditunjukkan oleh: Bilangan bentuk, Kolsien bentuk Bilangan bentuk f diperoleh dengan membandingkan volume nyata batang pohon dengan volume silindris yang dihitung berdasarkan dari daimeter tertentu. Apabial diameter yang digunakan untuk menghitung volume silindris tersebut adalh diameter pangkal (Do) maka bilangan bentuk diperoleh Fo disebut sebagai bilangan bentuk tulen (Simon, 2007).

Meskipun demikian, penelitian-penelitian tentang pertumbuhan dan hubungan antara karakteristik pohon masih terus dilakukan karena tidak ada satupun model atau formula yang sesuai untuk semua jenis pohon. Selain itu, pertumbuhan suatu pohon dipengaruhi oleh kemampuan genetiknya dalam berinteraksi dengan faktor lingkungan seperti iklim, tanah dan topografi serta kemampuan berkompetisi dalam memperoleh makanan dan ruang tumbuh. Jadi setiap jenis atau kelompok jenis pohon dapat mempunyai pertumbuhan dan ukuran batang yang berbeda sebagai akibat dari interaksi faktor-faktor tersebut (Husch et al.1972); (Huang et al. 2000).

III. METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu: pita meter, kalkulator, camera, alat tulis. Bahan yang digunakan yaitu: Beberapa jenis pohon yang berada di arborethum fakultas tekhnik UNILA.

B. Cara Kerja

Adapun cara kerja yang dilakukan pada praktikum mengukur tinggi dan diameter pohon ini yaitu:
  1. Menentukan lokasi praktikum dan menyiapkan alat-alat praktikum.
  2. Memilih 20 pohon yang akan dijadikan sebagai sampel pengukuran dimeter batang pohon.
  3. Mengukur diameter pohon dengan melingkarkan pita meter yang telah disiapkan ke sekeliling batang dengan ketinggian 1,3 dari tanah atau setinggi dada,
  4. Mencatat data praktikum dalam tabel data pengamatan serta memfoto pohon yang disampling
  5. Membuat laporan hasil praktikum.

IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Tabel 1. Tabel hasil pengukuran diameter batang pohon di arboretum tekhnik universitas lampung.
No.
Nama pohon
Nama ilmiah
Keliling (cm)
Diameter (cm)
1
Angsana
Pterocarpus indicus
120
38,21
2
Akasia
Acacia aucuriformis
80
25,47
3
Saga
Adenantera pavoniana
99
31,52
4
Akasia
Acacia aucuriformis
126
40,13
5
Mangium
Acacia mangium
135
42,99
6
Akasia alba
Acacia alba
119
37,89
7
Sonokeling
Delbergia latifolia
100
31,85
8
Kupu-kupu
Bauhinea purpurea
83
26,43
9
Bungur lilin
Lagerstromia speciosa
86
27,39
10
Mangium
Acacia mangium
172
54,77
11
Sonokeling
Delbergia latifolia
132
42,04
12
Sonokeling
Delbergia latifolia
80
25,47
13
Randu (kapuk)
Ceiba pentandra
166
52,87
14
Wareng
Gamelina arborea
85
27,07
15
Sonokeling
Delbergia latifolia
119
37,89
16
Merbau darat
Intsia palembanica
92
29,29
17
Sonokeling
Delbergia latifolia
99
31,53
18
Sonokeling
Delbergia latifolia
85
27,07
19
Kihujan
Samanea saman
150
47,77
20
flamboyan
Delonix regia
110,5
35,19
Jumlah
712,84
Rata-rata
35,642

B.     Pembahasan

Pengukuran diameter pohon yang kami lakukan adalah di lokasi arboretum tekhnik universitas negeri lampung. Pengukuran diameter pohon dilakukan dengan menggunakan alat pita meter, cara pengukuran diameter pohon dilakukan yaitu dengan cara melingkarkan pita meter ke batang pohon setinggi dad (Dbh) atau setinggi 1,3 m dari atas tanah datar. Setelah didapat keliling lingkaran maka kemudian ihitung dengan rumus.

Jumlah pohon yang dilakukan pengukuran yaitu 20 pohon. Pohon adalah tumbuhan kormus berkayu yang mempunyai tinggi batang minimal 5 m, dan mempunyai diameter batang minimal 25 cm. Dari data pengamatan yang kami lakukan didapatkan hasil antara lain sebagai berikut.

Pohon angsana (Pterocarpus indicus) mempunyai keliling lingkar batang yaitu 120 cm, sehingga diameternya yaitu 38,21 cm. Di arboretum tekhnik ada 3 jenis pohon akasia yaitu akasia, akasia mangium, dan akasia alba. Pohon Akasia (Acacia aucuriformis)  ada 2 pohon dan mempunyai diameter 25,42 cm, dan 40,13 cm. Pohon saga (Adenantera pavoniana) mempuyai keliling lingkaran 31,53 cm. Pohon mangium (Acacia mangium) mempunyai diameter batang 42,99 cm dan 54,77 cm. Akasia alba (Acaca alba) mempunyai diameter batang 37,89 cm. Pohon sonokeling (Delbergia latifolia)  terdapat 6 pohon dengan diameter batang yang berbeda yaitu mempunyai diameter pohon 31,85 cm, 25,47 cm, 42,04 cm, 32,53 cm, dan 27,07 cm. Pohon kupu kupu (Bauhinea purpurea) mempunyai diameter batang 26,35 cm. Pohon bungur lilin (Lagerstromia speciosa) mempunyai diameter batang 27,39 cm. Pohon randu (Ceiba Pentandra)  mempunyai diameter 52,87 cm. Pohon wareng (Gamelina arborea) mempunyai diameter batang 27,07 cm. Pohon merbau darat (Intsia palembanica)  mempunyai diameter pohon 29,29 cm. Pohon kihujan (samanea saman) mempunyai diameter 47,77 cm. Dan pohon flamboyan (Delonix regia) mempunyai diameter batang 35,19 cm.

Dari data diatas jumlah pohon yang diukur berjumlah 20 pohon, dan total diameter batang yaitu 712,84 cm, sehingga jika dirata-rata maka diameter rata-ratanya sebesar 35,642 cm. Persentasennya diukur dengan rumus Jumlah dibagi dengan jumlah spesies lalu dikalikan 100 % sehingga didapat 3,564 %.

Kendala yang kami alami selama melakukan praktikum adalah apabila batangnya bercabang maka kami harus mengukur diameter batang 1 dan diameter batang 2 lalu dijumlahkan dan dibagi 2. Sehingga memperlambat proses pengukuran yang harus dikerjakan 2 kali. Kemudian apabila melakukan pengukuran batang yang terlampau besar maka pita meter yang kami gunakan kurang panjang, sehingga perlu beberapa pita meter dan beberapa orang yang membantu melilitkan pitanya kepohon.
    
V. KESIMPULAN


A. Kesimpulan

Dari praktikum yang dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.
  1.  Diameter batang pohon yang berada di arboretum tekhnik universitas lampung sangat bervariasi antara 25cm sampai dengan 54 cm dan jenis pohon yang diukur sangat beragam.
  2.  Kebanyakan dari berbagai pohon yang diukur mempunyai perbandingan mencapai 29 cm, serta keberagaman jenis yang besar membuat banyak perbandingan yang besar pula.
  3. Persentase rata-rata jumlah pohon yang diamati adalah mempunyai jumlah 712,84 cm dan mempunyai rata-rata sebesar 35,642 cm. Dan persentase rata-rata sebesar 3,564 %.
  4. Kendala yng dialami antar lain pengukuran batang bercabang, dan pengukuran diameter pohon yang terlalu besar membutuhkan banyak alat dan tenaga yang dikeluarkan.

DAFTAR PUSTAKA


Adame, P., del Río, M., and Cañellas, I. 2008. A mixed nonlinear height-diameter model for pyrenean oak (Quercus pyrenaica Willd.). Forest Ecology and Management 256, 88-98.

Huang, S., Price, D., and Titus, S.J. 2000. Development of ecoregion-based height-diameter models for white spruce in boreal forests. Forest Ecology and Management 129, 125-141.

Husch, B., Miller, C.I. and Beers, T.W. 1972. Forest Mensuration. Second Edition. The Ronald Press Company. New York.

Husch B, Beers T, Kershaw JA. 2003. Fores Mensuration. New Jersey. Jhon wiley and Son.

Loetsch dan Haller, 1964. pengukuran volume pohon. erlangga.jakarta

Newton, P. F., and Amponsah, I. G. 2007. Comparative evaluation of five height-diameter models developed for black spruce and jack pine stand-types in terms of goodness-of-fit, lack-of-fit and predictive ability. Forest Ecology and Management 247, 149-166.

Simon, 2007. Metode Inventore Hutan. Pustaka Pelajar. Yogyakarta

Simon, H. 1987. Manual Inventore Hutan. Ui Press. Jakarta.

Tim dosen. 2007. Modul Praktikum Inventarisasi Sumberdaya Hutan.Bogor.IPB.

Vanclay, J.K. 1994. Modelling Forest Growth and Yield, Applications to Mixed Tropical Forests. CAB INTERNATIONAL, Wallingford. UK.

No comments:

Post a Comment

Gambaran Umum Perum Perhutani dan KPH Pekalongan Barat

 1. Gambaran Umum Perum Perhutani Perum Perhutani adalah Perusahaan Umum Kehutanan Negara yang merupakan Perusahaan Kehutanan Badan ...